Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :
احسن – يحسن – احسا نا artinya : Perbuatan baik.( فعل الحسن ).[15] Menurut pengertian istilah ada beberapa definisi dan pengertian yang diberikan oleh ulama yaitu :
- Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.[16]
- Menurut Imam Nawawi
ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba merasa selalu
diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya.[17]
Iman, Islam dan ihsan adalah unsur-unsur agama (ad-Din), hal ini berdasarkan Hadis Nabi SAW :
حديث ابي هريرة قال
كان النبي صلى الله عليه و سلم بارزا يوما للنافاتاه رجل فقال: ما الايمان؟
قال: الايمان ان تؤمن باالله وملائكته و بالقائه وبرسله وتؤمن بالبعث قال:
مالاسلام؟ قال: الاسلام ان تعبد الله ولا تشرك به و تقيم الصلاة وتؤدى
الزكاة المفرضه وتصوم رمضان. قال: ماالاحسان؟ قال: ان تعبد الله كانك تراه
فان لم تكن تراه فانه يراك. قال: متى الساعة؟ قال: ما المسئول عنها باعلم
من السائل وساخبرك عم اشرا طها اذا ولدت الامة ربها واذا تطاول رعاة الابل
البهم فى البنيان. فى خمس لا يعلمهن الا الله ثم تلا النبى: ان الله عنده
علم السعاة. ثم ادبر فقال: "ردوه" فلم يرواشيئا. فقال: هذا جبريل يعلم
الناس دينهم.[18]
Artinya:’ Ab Hurairah r.a berkata : Pada suatu hari
ketika Nabi saw duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seseorang
bertanya : Apakah iman ?. Jawab Nabi : Iman ialah percaya kepada Allah
dan Malaikat-Nya dan akan bertemu dengannya, dan pada Nabi utusan-Nya,
dan percaya pada hari berbangkit dari kubur. Lalu Nabi ditanya : Apakah
Islam ?. Jawab Nabi SAW ; Islam adalah menyembah kepada Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan mendirikan sembahyang dan
menunaikan zakat yang telah diwajibkan dan puasa pada bulan Ramadan.
Lalu Nabi ditanya : Apakah Ihsan ?. Jawab Nabi : Ihsan adalah menyembah
pada Allah seakan-akan engkau melihatnya, tetapi apabila kamu tidak
melihat-Nya, dia pasti melihat kamu. Lalu Nabi ditanya : Kapankah hari
kiyamat ?. Jawab Nabi : Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui
daripada orang yang menanya, tetapi saya katakan padamu beberapa syarat
(tanda-tanda) akan tibanya hari kiyamat, jika budak sahaya telah
melahirkan majikannya dan jika pengembala onta dan ternak lainnya telah
berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Termasuk lima perkara yang tidak diketahui kecuali Allah, yang tersebut dalam ayat :
“Sesungguhnya Hanya Allah yang mengetahui bilakah
hari kiyamat, dan dia pula yang menurunkan hujan, dan mengetahui yang di
dalam rahim ibu, dan tiada seorangpun yang mengetahui apa yang terjadi
besok hari, dan tidak seorangpun mengetahui dimanakah ia akan mati.
Sesungguhnya Allah mengetahui sedalam dalamnya”.(Q.S. Al-Ahzab ayat 63).
Kemudian pergilah orang itu, lalu Nabi menyuruh sahabat; kembalikan
orang itu !, tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu, maka rasul
bersabda. Itu malaikat Jibril datang untuk mengajari agama pada
manusia”.
Pada Hadis di atas ada empat aspek yang dijelaskan,
yaitu aspek iman, islam, ihsan dan tentang waktu hari kiyamat. Pada
Hadis tersebut dijelaskan bahwa iman ialah mempercayai Allah dan
Malaikatnya serta meyakini akan berjumpa dengannya, beriman dengan
rasul-rasulnya, dan beriman kepada hari kiyamat.
Masalah iman merupakan masalah pokok (pundamen) dalam Islam, karena menyangkut masalah meng-Esa-kan Tuhan yaitu Allah SWT. Hal ini ditunjukkan dengan kalimat tauhid yaitu:
لا اله الا الله
“Tiada Tuhan selain Allah”.
Kalimat ini menjadi landasan dasar dan inti Islam, yang membedakan manusia menjadi seorang mukmin atau kafir. Dalam artian pengakuan terhadap ke-Esa-an Allah SWT, dan penolakan terhadap Tuhan yang lainnya.
Pada hadis di atas dijelaskan ada lima hal yang harus diimani, yaitu beriman kepada Allah, kepada Malikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul-Rasul dan Hari Akhirat
(hari berbangkit). Pada hadis yang lain rasul menambahkan satu hal
lagi yang harus diimani, para ulama memasukkannya kepada rukun iman,
yaitu beriman kepada Qa«a dan Qadar yang baik dan yang buruk. Sebagaimana yang dipaparkan hadis di bawah ini :
الايمان ان تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الاخر وتؤمن بالقدر خيره و شره.[19]
”Iman ialah mengimani Allah, Malaikatnya, Kitab-Kitabnya, Rasul-Rasulnya, Hari Akhirat dan mengimani Qadar baik dan buruk-Nya”.
Beriman kepada Allah dalam artian, mempercayai bahwa
tiada Tuhan selain daripada Allah, mengEsakan-Nya dan tidak
mensyarikatkannya dengan sesuatu, dan mengimani sifat-sifat yang wajib
padanya, yang pada intinya mematuhi perintah dan meninggalkan
larangannya. Beriman kepada Malaikat mengandung arti menyakini bahwa
Allah menciptakan Malaikat yang selalu patuh terhadapnya. Menurut ulama
ada sepuluh malaikat yang harus diimani. Beriman dengan Kitab Allah,
mengandung artian, mempercayai bahwa kitab-kitab yang turun kepada rasul
pilihannya adalah benar berasal dari Allah SWT. Ada empat kitab yang wajib diimani yaitu Al-quran, Zabur, Inzil dan Taurat.
Beriman pada Rasul, mengandung artian bahwa percaya bahwa Allah
mengutus rasul-rasulnya untuk menyampaikan amanahnya kepada umat
manusia di muka bumi. Beriman pada Hari Kiyamat mengandung arti
mempercayai bahwa hidup di dunia ini akan berakhir, dan akan mengalami
kehidupan yang baru yaitu alam akhirat, yang mana pada alam ini akan
terjadi pembalasan segala amal perbuatan manusia sewaktu hidup di dunia.[20]
Beriman pada qadar baik dan buruk, mengandung artian meyakini Allah mempuyai kekuasaan untuk menetapkan hal yang baik dan yang buruk terhadap manusia, setelah manusia tersebut terlebih dahulu melakukan usaha, (ikhtiar). Keenam hal tersebut di atas harus tertanam di dalam setiap keyakinan umat Islam, karena enam hal tersebut termasuk rukun iman.[21]
Mengenai bukti seseorang beriman atau tidak, di kalangan ulama ada perbedaan pendapat. Menurut Imam Nawawi ; secara lahir (formal) seseorang baru disebut mukmin jika ia telah megucapkan dua kalimah syahadat. Sedangkan kaum Ahl as-Sunnah (baik dari Muhaddisin, Fuqaha dan Mutakallimin), sepakat bahwa orang dapat dikatakan ahl qiblat (orang muslim) dan tidak akan kekal dalam neraka adalah mereka yang meyakini bahwa islam adalah agama yang diterima dari Allah dengan keyakinan yang kukuh tanpa ada keraguan sedikitpun dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Sedangkan menurut Maududi, perbedaan percaya dan tidak percaya bukan hanya karena syahadat, tetapi penerimaan secara sadar dan mutlak terhadap ajaran Islam dan penerapannya di kehidupan nyata.[22]
Pada hadis pertama di atas dijelaskan rasul, bahwa Islam adalah mengabdi kepada Allah dan tidak mensyarikatkannya, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat yang diwajibkan dan puasa pada bulan Ramadan. Pada hadis berikut ini, ditambahkan satu hal lagi oleh Nabi yaitu haji kepada Baitul al-Haram.
Beriman pada qadar baik dan buruk, mengandung artian meyakini Allah mempuyai kekuasaan untuk menetapkan hal yang baik dan yang buruk terhadap manusia, setelah manusia tersebut terlebih dahulu melakukan usaha, (ikhtiar). Keenam hal tersebut di atas harus tertanam di dalam setiap keyakinan umat Islam, karena enam hal tersebut termasuk rukun iman.[21]
Mengenai bukti seseorang beriman atau tidak, di kalangan ulama ada perbedaan pendapat. Menurut Imam Nawawi ; secara lahir (formal) seseorang baru disebut mukmin jika ia telah megucapkan dua kalimah syahadat. Sedangkan kaum Ahl as-Sunnah (baik dari Muhaddisin, Fuqaha dan Mutakallimin), sepakat bahwa orang dapat dikatakan ahl qiblat (orang muslim) dan tidak akan kekal dalam neraka adalah mereka yang meyakini bahwa islam adalah agama yang diterima dari Allah dengan keyakinan yang kukuh tanpa ada keraguan sedikitpun dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Sedangkan menurut Maududi, perbedaan percaya dan tidak percaya bukan hanya karena syahadat, tetapi penerimaan secara sadar dan mutlak terhadap ajaran Islam dan penerapannya di kehidupan nyata.[22]
Pada hadis pertama di atas dijelaskan rasul, bahwa Islam adalah mengabdi kepada Allah dan tidak mensyarikatkannya, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat yang diwajibkan dan puasa pada bulan Ramadan. Pada hadis berikut ini, ditambahkan satu hal lagi oleh Nabi yaitu haji kepada Baitul al-Haram.
حديث ابن عمر رضى الله
عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: بني الاسلام على خمس: شهادة
ان لا اله الا الله وان محمد رسول الله و اقام الصلاة وايتاء الزكاة والحج و
صوم رمضان.[23]
Artinya :”Dari Umar, dari Nabi Saw, beliau bersabda : Islam itu dibangun atas lima hal, yaitu meng Esakan Allah mendirikan Shalat, memberikan Zakat, Puasa pada bulan Ramadhan dan Haji ke Baitullah”.
Lima
perkara di atas merupakan rukun Islam. Menyembah Allah dalam artian
menghambakan diri padanya bahwa kita sebagai makhluk-Nya. Kemudian patuh
terhadap-Nya, dialah yang maha kuasa alam jagat raya, dia patut
disembah tidak ada selain Dia. Diibaratkan manusia dihadapan Allah
laksana seorang hamba dengan majikannya (tuannya), patuh terhadap segala
perintah tuannya dan setia selalu dan tiada kekuatan-kekuatan untuk
menentang perintah dari tuannya tersebut.
Mensyarikatkan Allah mengandung makna, tidak
menyamakan Allah dengan yang lain, karena Allah tidak dapat disamakan
dengan sesuatu. Sesuatu selain Allah disebut dengan makhluk. Allah
berlainan dengan makhluk. Mahluk merupakan ciptaan Allah (laisa kamihlihi syaiun).[24]
Melaksanakan shalat yang diwajibkan, artinya apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Shalat yang wajib dilaksanakan lima kali sehari semalam yaitu shalat Maghrib, Isa, Subuh, Zuhur dan Asar. Rasul mengatakan :
الصلاة عماد الدين
Artinya :”shalat merupakan tiang agama”.
Shalat merupakan amal ibadah, sebagai wujud bukti
penghambaan diri kepada Allah. Menunaikan zakat yang diwajibkan yaitu
zakat fitrah yang dilakukan sekali dalam setahun pada bulan Ramadhan.
Kemudian zakat harta yang dikeluarkan apabila harta yang dimiliki telah
sampai pada nisabnya. Mengeluarkan zakat sebagai pembersih diri
dan wujud ketaqwaan kita kepada Allah serta mewujudkan rasa solidaritas
sesama muslim antara sikaya dengan simiskin.
Kemudian melaksanakan puasa wajib, yaitu puasa penuh
satu bulan selama bulan Ramadhan. Puasa adalah menahan diri dari lapar
dan dahaga dari waktu imsa’ sampai terbenamnya matahari.
Yang terakhir melaksanakan haji ke Baitul Haram, yang
merupakan kewajiban dilaksanakan sekali seumur hidup. Acara ritual haji
telah dimulai semenjak Nabi Ibrahim as. Semuanya hal di atas ibadah
yang harus dilaksanakan bagi setiap pribadi muslim, karena dia merupakan
ibadah yang merupakan kewajiban untuk pengabdian kepada Allah SWT,
Sebagaimana pengabdian Nabi Ibrahim Kepada Allah SWT.
Selanjutnya apabila dilihat makna Islam sebagai kepatuhan,
dapat dilihat dalam jagat raya, ada peraturan dan hukum yang berlaku
bagi alam ini. Semua bertugas menurut posisi masing-masing seperti
matahari, bumi, planet-planet berputar pada sumbunya masing-masing.
Bulan beredar pada tempat edarannya dan lain-lainnya. Semua mengikuti
hukum yang tidak berubah, karena alam semesta beserta seluruh isinya
mematuhi hukum-hukum Allah, maka alam semesta secara keseluruhan
mengikuti agama islam. Dapat dikatakan demikian karena arti islam itu
sendiri adalah suatu penyerahan diri dan kepatuhan kepada Allah SWT,
penguasa jagat raya.
Hasbi ash-Shiddiqy, membagi Islam kepada dua bagian yaitu ; Islam hakiki, Islam shuri (pura) dan taqlidi.
Islam (pura-pura) ialah Islam yang tidak didukung oleh kepercayaan
atau akuan hati, yang mana pada lahirnya saja yang Islam, tetapi
bathinnya tidak. Islam taqlidi atau yang disebut juga Islam ‘Urfi ialah Islamnya karena keturunan, atau ikut-ikutan tanpa mengetahui atau mengenal Islam. Sedangkan Islam hakiki
ialah Islam yang mampu menjernihkan diri, mengheningkan ruhnya,
membersihkan akal dari segala rupa kepercayaan yang salah, khurafat, dan
bid’ah memperbaiki jiwa dengan kemauan meluruskan cita-cita dalam
segala amalan, mengikhlaskan niat terhadap Allah,[25] sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran : 85.
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَـٰمِ دِينً۬ا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِى ٱلۡأَخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ (٨٥)
85. Barangsiapa mencari agama selain agama islam,
Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia
di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Berkaitan dengan istilah islam, kata iman yang tersebut pada awal Hadis pertama, semakna denga islam. Nabi biasanya mengunakan kata iman dengan arti islam. Bagitu pula sebaliknya. Oleh karena itu pernyataan bahwa iman terdiri atas 69 bagian sama artinya dengan islam terdiri 69 bagian. Kemudian kata a«-¬³n dan Islam,[26] keduanya tersebut dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 19.
Berkaitan dengan istilah islam, kata iman yang tersebut pada awal Hadis pertama, semakna denga islam. Nabi biasanya mengunakan kata iman dengan arti islam. Bagitu pula sebaliknya. Oleh karena itu pernyataan bahwa iman terdiri atas 69 bagian sama artinya dengan islam terdiri 69 bagian. Kemudian kata a«-¬³n dan Islam,[26] keduanya tersebut dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 19.
ان الدين عند الله الاسلام
Artinya:”Sesungguhnya agama yang (diakui) disisi Allah adalah Islam”.
Selanjut pada pada Hadis tersebut di atas dibicarakan
tentang Ihsan. Pengertian ihsan secara umum adalah beribadah kepada
Allah dengan perasaan seakan-akan melihatnya, jika perasaan tersebut
tidak dapat ditumbuhkan, maka hendaklah diyakini bahwa Allah melihat
semua gerak gerik dan prilaku serta tidak ada sediktipun yang luput dari
penglihatan Allah.
Oleh karena itu Allah mewajibkan ihsan dalam segala perbuatan, baik yang bathin maupun yang zahir (jawarih) yang dihadapkan kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi:
ان الله كتب الاحسان على كل شيئ[27]
”Bahwasanya Allah mewajibkan (kita) berlaku ihsan terhadap segala sesuatu yang dikerjakan “.
Ihsan adalah jiwa iman dan islam. Iman
dan islam diterima Allah jika berdasarkan ikhlas dengan kata lain, modal
ihsan adalah ikhlas, sebab semua amal, baik yang bathiniah maupun yang
lahiriyah, baru diterima jika dilandasi oleh ikhlas.
Dari penjelasan di atas, dapat diambil pemahaman,
bahwa puncak dari iman dan islam adalah ihsan. Ini artinya orang telah
sempurna keimanannya dan keislamannya akan mencapai suatu keadaan dimana
ia dapat melakukan ibadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, bila
kondisi ini tidak demikian padanya, ia akan selalu merasakan diawasi
oleh Allah.
Perasaan melihat Allah atau dilihat Allah menyebabkan
ibadah yang dilakukan seorang hamba dapat berlangsung dengan baik dan
khusuk. Ibadahnya dapat memusatkan hanya pada Allah, dengan kata lain
hanya Allah sajalah yang hadir dalam hatinya sewaktu dia melaksanakan
ibadah bersimpuh pada Allah SWT.
Perasaan tersebut di atas, sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari, karena merasa selalu terkontrol oleh Allah. Orang
yang mempunyai perasaan demikian, tingkah lakunya selalu dalam keadaan
baik, ia tidak berani melanggar aturan-aturan agama. Dengan demikian
ihsan itu beramal saleh dan dapat menjauhkan orang dari
perbuatan-perbuatan buruk.
Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga serangkai yang
tidak boleh terpisah dalam kerangka agama Islam, sesuai dengan bunyi
hadis di atas. Kaitan ketiga aspek tersebut ibarat ruh dengan tubuh.
Jika iman ditamsilkan sebagai watak (Gharait) dan islam sebagai tubuh (jawarih), maka ihsan ialah ruh yang mendinamiskan gharait dan menggerakkan jawarih. Selanjutnya diakhir hadis dikatakan :
هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم .
“Ini Jibril datang datang untuk mengajari manusia tentang agama mereka”.
Maksudnya kesempurnaan agama (Islam) terletak
pada tiga sendi tersebut. Hal ini diperjelas seorang tokoh Islam bernama
Abdul Hamid yaitu, seorang yang hatinya benar-benar terikat pada iman
(percaya pada Tuhan), pada islam (berserah diri sepenuhnya) dan
menjalankan ihsan (berbuat baik) adalah seorang muslim. Dengan kata lain
seorang muslim ialah yang mempercayai islam, suatu agama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tecantum dalam Al-quran dan
dijelaskan Hadis.[28]
Selanjut pada Hadis tersebut di atas ditanyakan oleh
Jibril tentang waktu hari Kiyamat, tetapi Nabi tidak dapat menjawabnya,
karena waktu kiyamat merupakan rahasia Allah SWT, dan itu sifatnya
imani, harus diyakini bahwa hari kiyamat itu pasti akan tiba, buat
memperhitungkan seluruh amal perbuatan manusia di permukaan bumi ini.
Nabi hanya dapat menjelaskan tentang syarat-syaratnya
saja, yaitu apabila budak wanita melahirkan anak tuannya. Menurut
al-Qasalani dalam syarah kitab Imam al-Bukhari tersebut, maksud budak
melahirkan anak tuannya di sini adalah apabila para wanita yang hamil
dan malahirkan anak tanpa melakukan pernikahan terlebih dahulu.[29]
Selanjutnya
Nabi mengatakan tanda hari kiamat itu, apabila pengembala unta dan
binatang ternak membangun bagunan yang megah. Maksudnya seorang
pengembala yang miskin mampu untuk membangun bangunan yang megah, karena
Allah SWT telah melimpahkan semua rahmatnya kepada manusia di akhir
zaman, termasuk kepada si pengembala yang miskin tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar